Blood red skies over Indonesia caused by out-of-control, man-made forest fires

The blood red skies over parts of Indonesia, similar to this unrelated photo, are caused by a process known as Mie scattering, which occurs when the sun’s rays are scattered by tiny particles of air pollution.

Credit: Jr. Peres/Via Pixabay

Credit: Jr. Peres/Via Pixabay

The blood red skies over parts of Indonesia, similar to this unrelated photo, are caused by a process known as Mie scattering, which occurs when the sun’s rays are scattered by tiny particles of air pollution.

The skies in parts of Indonesia have turned a blood red color as haze and smog from man-made fires burn through forest lands in the country.

>> Read more trending news

The annual fires, set by farmers and corporations trying to clear land during the dry months, even though the practice is illegal, engulf large parts of the county and its neighbors in a toxic, smoky haze, which can irritate eyes and cause respiratory illnesses.

The nation's Meteorology, Climatology and Geophysics Agency explained that the red skies phenomenon is caused by a process known as Mie scattering, according to CNN, which occurs when the sun's rays are scattered by tiny particles of air pollution.

The fires have burned as much as 800,000 acres of rich peatland and forests across Indonesia in the past eight months, the BBC reported, forcing thousands of people from their homes. The government has deployed as many as 9,000 firefighters in an effort to get the blazes under control.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Beberapa hari terakhir, beredar viral di masyarakat langit di Muaro Jambi berwarna merah, sinar matahari tertutup asap tebal. . . BMKG mencatat hal tersebut peristiwa yang dapat dijelaskan secara ilmiah. . . Hasil analisis citra satelit Himawari-8 tanggal 21 September di sekitar Muaro Jambi, tampak terdapat *banyak titik panas* dan sebaran *asap yang sangat tebal*. . . Asap dari kebakaran hutan dan lahan ini berbeda dari daerah lain yang juga mengalami kebakaran, wilayah lain pada satelit tampak berwarna cokelat namun di Muaro Jambi menunjukkan warna putih yang mengindikasikan bahwa lapisan asap yang sangat TEBAL. Hal ini dimungkinkan karena kebakaran lahan / hutan yang terjadi di wilayah tersebut, terutama pada lahan-lahan gambut. . . Tebalnya asap juga didukung oleh tingginya konsentrasi debu partikulat polutan berukuran <10 mikron (PM10). Hari ini, tengah malam di Jambi, pengukuran konsentrasi PM10 = 373,9 ug/m3, menunjukkan kondisi TIDAK SEHAT. . . Di Pekanbaru lebih parah lagi, yaitu konsentrasi debu polutan PM10 kategori BERBAHAYA 406,4 ug/m3 . . Informasi Konsentrasi Partikulat (PM10) BMKG tiap jamnya dapat dipantau pada laman http://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm10.bmkg . . *Mengapa Langit Memerah?* Jika ditinjau dari teori fisika atmosfer pada panjang gelombang sinar tampak, langit berwarna merah ini disebabkan oleh adanya hamburan sinar matahari oleh partikel mengapung di udara yang berukuran kecil (aerosol), dikenal dengan istilah hamburan mie ( Mie Scattering ) . Mie scattering terjadi jika diameter aerosol dari polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang dari sinar tampak ( visible) matahari. . . Panjang gelombang sinar merah berada pada ukuran 0,7 mikrometer. Dari data BMKG kita mengetahui bahwa konsentrasi debu partikulat polutan berukuran <10 mikrometer sangat tinggi di sekitar Jambi, Palembang, dan Pekanbaru. Tetapi langit yang berubah merah terjadi di Muaro Jambi. Ini berarti debu polutan di daerah tersebut DOMINAN berukuran sekitar 0,7 mikrometer atau lebih dengan konsentrasi sangat tinggi. Selain konsentrasi tinggi, tentunya sebaran partikel polutan ini juga LUAS untuk dapat membuat langit berwarna merah.

A post shared by BMKG (@infobmkg) on

About the Author